Restoran
China-Islam "Sulaiman Resto" yang beralamat di Jalan Batu Ceper Nomor 73
Jakarta Pusat kembali memperkenalkan budaya Muslim China, seni
kaligrafi. Acara dikemas dalam bentuk "Pembukaan Galeri Kaligrafi
Islam-Tionghoa", Kamis, 15 Agustus 2014.
Kegiatan ini merupakan
salah satu misi dari Sulaiman Resto untuk selalu memperkenalkan
kebudayaan Muslim China kepada masyarakat Islam di Indonesia.
Tak
tanggung-tanggung, Sulaiman Resto yeng bekerja sama dengan Lembaga
Budaya Nusaraya, Muslimtourchina, PITI, Yayasan Masjid Lautze, Lembaga Kaligrafi Alquran (LEMKA) dan
Aditya Mangoen Production menghadirkan langsung ahli kaligrafi dari
China, Abu Bakar Chang (36). Selain itu juga dihadirkan Direktur Lembaga
Kaligrafi Alquran (Lemka) H Didin Siojuddin AR.
Abu Bakar Chang (kanan) memberikan hasil karyanya kepada
Direktur Lemka H Didin Sirojuddin (foto: shodiq/si)
Direktur Lemka H Didin Sirojuddin (foto: shodiq/si)
Untuk keperluan pameran kaligrafi ini, Abu Bakar Chang memamekan sekira 50 buah kaligrafi karyanya.
Menurut
Roy Wong, pemilik Muslimtourchina, salah satu ciri khas dari Kkaligrafi
China adalah warnanya yang hanya menggunakan warna hitam dan putih.
Dikatakannya ini terkait dengan filosofi budaya China "Ying dan Yang",
malam dan siang hari. Sebagai warisan budaya dinasti terdahulu,
penggunaan warna-warni dianggap mengambil hak kaisar. Sebab penggunaan
warna-warni hanya menjadi hak kaisar.
Sementara itu, Direktur Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) Didin Sirojuddin AR menjelaskan, dalam pameran ini LEMKA mengerahkan karya kaligrafi dari khatat terbaik LEMKA, diantaranya karyanya beliau sendiri, karya, Kurnia Agung Robiansyah dan Ernawati.
Selain
itu menurut H. Didin Sirojudin AR, seni kaligrafi sejatinya memiliki
lebih dari 400 gaya. Tetapi kini tinggal tujuh gaya saja yang digunakan.
Kaligrafi
China, kata Didin, menggunakan gaya Sinni. Gaya inilah yang dalam
pameran kaligrafi ini ditonjolkan oleh Abu Bakar Chang.
Abu Bakar Chang melakukan demo membuat kaligrafi dengan tulisan Basmallah. (foto: shodiq/si)
Dalam
seni kaligrafi China harus terdapat tiga unsur, yaitu unsur-unsur yang
diibaratkan sebagai tulang, daging dan jiwa. Dimana kemampuan dalam
memahami tulisan, keindahan dan makna dari setiap goresan yang dibuat
dalam tulisan tersebut.
Untuk dapat mempelajari kaligrafi China
haruslah mengetahui juga dasar-dasar tulisan abjad China. Mulai dari
mempelajari garis dasar, kemudian mengambil karakter dalam gaya biasa
hingga mempelajari gaya kursif (penulisan bersambung).
Menurut
Didin, sebagai salah satu seni Islam, kaligrafi dibawa ke negeri China
dan kemudian mengalami adaptasi dengan budaya China.
Keindahan
kaligrafi, ungkap Didin, bukanlah terletak pada fisiknya. Melainkan pada
pesan-pesan yang terkandung di dalamnya. "Yang hakiki itu
pesan-pesannya, ada pesan keluarga sakinah, perjuangan, akhlak dan
lainnya," jelasnya.
Kaligrafi Islam di Indonesia
Hasil karya Abu Bakar Chang yang dibuat di atas bahan kertas,
Kaligrafi bertuliskan kalimat Basmallah. (foto: shodiq/si)
Kaligrafi bertuliskan kalimat Basmallah. (foto: shodiq/si)
Di
Indonesia, kaligrafi merupakan bentuk seni budaya Islam yang pertama
kali ditemukan. Tertera dalam makam Fatimah binti Maimun di Gresik, Jawa
Timur (wafat 495H/1082), berbentuk kaligrafi gaya Kufi dan juga
makam-makam lainnya sekitar abad ke-15.
Huruf Arab banyak dipakai
untuk catatan pribadi, undang-undang, naskah perjanjian resmi dalam
bahasa setempat, pada mata uang logam, stempel, kop surat dan sebagainya. Huruf Arab yang dipakai dalam bahasa setempat diistilahkan
dengan huruf Arab Melayu, Arab Jawa atau Arab Pegon.
Sebagian Kaligrafi Islam hasil karya pelukis LEMKA dan Abu Bakar
Chang
yang dipamerkan di Sulaiman Resto di Jalan Batu Ceper 73 Jakarta Pusat (foto: shodiq/si)
yang dipamerkan di Sulaiman Resto di Jalan Batu Ceper 73 Jakarta Pusat (foto: shodiq/si)
Termasuk
juga untuk penulisan mushaf-mushaf Alquran tua dengan bahan kertas
"deluang" maupun kertas murni yang diimpor. Kebiasaan menulis Alquran
telah banyak dirintis oleh ulama-ulama besar di berbagai pesantren
semenjak akhir abad XVI. Hal ini merujuk pada hasil penelitian kaligrafi
Islam oleh Prof Dr Hasan Muarif Ambary.
red: shodiq ramadhan